Di malam terakhir kita
bertemu, aku bahagia sekali malam itu. Aku seperti sedang ‘berbuka’ dari ‘puasa’
yang sedang aku jalani. Kita berkeliling kota sepanjang malam, bercerita ini
itu dan terus tertawa sepanjang jalan. Terakhir kali kita melakukannya minggu
lalu, sebelum aku mencoba benar-benar ngambek untuk pertama kalinya. Tapi ternyata
aku tak bisa berlama-lama, sekesal apapun aku selalu merasakan rindu, rindu
kamu.
Di malam terakhir yang menyenangkan itu, kamu bertanya
padaku, “kita kok bisa kenal ya dulu?”. Aku selalu suka bila dipancing untuk
bercerita tentang bagian ini. Bagaimana aku dan kamu yang akhirnya menjadi kita
bermula. Aku akan selalu bersemangat menceritakannya, menjelaskan tiap detail
moment yang akhirnya menyatukan kita. Tapi, bila kamu atau banyak orang diluar
sana bertanya kenapa aku bisa mencintaimu dan memilihmu, maaf...aku tidak akan
pernah bisa menjawab.
Bagiku, kamu sudah memenangkan hatiku lebih dari apapun. Lebih
dari beberapa orang yang sebenarnya sedang aku perhatikan. Sampai aku tidak
pernah tahu alasan mengapa aku mencintaimu, dan akhirnya memilihmu. Aku tidak
peduli omongan orang tentang kamu, aku tahu dirimu lebih dari orang itu. Aku mencintaimu
tanpa alasan, tanpa ada karena atau sebab yang termasuk temannya. Aku hanya
selalu nyaman denganmu, aku selalu bahagia dengan kebersamaan kita, hari
terbaikku adalah ketika bisa berbagi suka dan duka bersamamu, aku merasa
seperti aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Cinta pertama memang indah tapi
tak pernah se-indah dan se-menyenangkan seperti aku ketika dengan kamu. Entah ada
sesuatu apa dalam dirimu, tetapi hanya denganmu rasa bosan itu sudah jauh-jauh
tak menggelayutiku, yang bersahabat karib denganku kini hanya rindu.
Dan 35 pekan bersama dengan sesorang tak pernah se-menakajubkan
ini. Kamu mengerti semua hal yang terjadi padaku tanpa aku harus berkata pun
berucap. Kamu menyeka air mataku, kamu menenangkanku dengan pelukanmu, dan kamu
meyakinkan aku dengan semua kasih sayangmu. Dan padamulah aku yakin untuk
mengakhiri semua pencarianku, dan mulai merajut mimpi-mimpi di masa depan
bersamamu. Dalam dekapanmulah aku yakin akan melewatkan malam yang dingin
dengan senyum dan cerita-cerita yang berarti sembari menunggu mentari pagi. Kemudian
dengan dirimulah aku yakin untuk menghabiskan hari tuaku duduk di teras dan
menghirup udara segar bersamamu. Lagipula, sejak pertama melewati hari
bersamamu aku sudah yakin dengan masa depanku, dan meninggalkan jauh masa
laluku demi hidup dan sisa usia yang ingin aku habiskan bersamamu...
Selamat Sabtu ke Tiga
Puluh Lima, pria masa depanku...
Fie Wijaya