Minggu, 29 Desember 2013

Maaf, ini ceritaku! :)

Sebelum kenal kamu, aku menentang teori hujan yang aku buat sendiri.
Mau tahu?
Hujan itu tidak mengajarkan kemunafikan, dia selalu menunjukkan harapan dan angan-angan yang benar.
Aku pengecut sekali, tapi aku juga tak pernah tahu harus berbuat apa untuk menerapkan semua itu.
Mungkin ini akan jadi sebuah pengakuan tentang kediamanku selama ini, tentang keangkuhan dan kesombonganku yang absurd dan tak pernah mampu terbaca nalar.
Aku tak peduli kamu akan membacanya dan hanya tersenyum sinis atau enggan membacanya dan aku baru saja selamat dari nasib buruk, ah sebenarnya bukan begitu...

Baiklah...
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Kamu sebenarnya sama saja dengan yang lainnya menurutku, tapi entah energi apa yang tercipta saat itu sampai aku selalu canggung dan resah saat harus bertemu dan menatap matamu.
Hingga saat ini, saat aku mengungkapkan semua ini aku tak pernah tahu, sungguh!
Kamu juga tak pernah tahu hal satu ini kan?
Bahwa aku selalu berusaha mati-matian menutupi kebodohanku harus berbuat apa saat benar-benar sudah kepepet harus berhadapan langsung denganmu, aku menutupi semua bentuk salah tingkahku agar tak semakin terlihat konyol dan goblok di hadapanmu.
Selain itu, kamu juga tak pernah tahu aku selalu mencari sosokmu saat melihat kerumunan orang-orang yang biasa kulihat bersamamu.
Saat aku mendapati kamu tak ada disana, aku kecewa.
Nah, aku juga tak bisa mnegartikan yang satu ini apa maksudnya?
Terkadang bahkan aku selalu marah dan ingin memaki diriku sendiri atas semua keangkuhanku yang, ihh...aku benci!
Saat harus membuang muka dan pura-pura tak menyadari kehadiranmu.
Aku baru berani melihatmu saat kamu sudah berlalu, tapi yang kudapati hanya punggungmu, dan aku menyesal.
Aku kecewa, aku bodoh!
Apa susahnya hanya memandang sebentar dan bersikaplah biasa saja, selama ini juga itukan usahanya!!!
Dan...
Ini yang paling aku sembunyikan, darimu, dari orang-orang di sekitarku.
Hingga aku ikhlas membiarkannya membusuk dalam kulkas hatiku.
Selama ini...
Saat mendapati sosokmu...
Saat akhirnya melihat dan bertemu kamu...
Apalagi menemukan senyummu...
Aku...

Aku...
Selalu terlihat gila segila-gilanya jika harus menutupi kebahagiaanku dan rasa di dadaku yang sedang meledak-ledak riang.
Itu yang tersulit!
Sulit sekali!
Karena aku tak ingin satupun orang tahu, jangan!
Cukup aku saja dan Tuhanku.
Meskipun sakit dan membuat sedikit sesak dalam palung di hatiku, tapi aku menikmati kesakitan itu.
Yaa...aku menikmatinya seorang diri.
Berusaha sekuat hati menyimpannya sendiri, tapi nyatanya dan akhirnya kamu sendiri-lah yang membuat pertahananku runtuh.
Ah kamu...hebatnya!

Dan aku harap setelah jariku menari-nari di keyboard untuk mengatakan semua ini, aku bisa lega tanpa harus menyimpan beban berat saat harus berusaha menutupi semuanya.
Hahaha, aku tidak terlihat tolol lagi kan???

Jadi...

Ini ceritaku, apa ceritamu??

Tidak ada komentar: